Tidak terasa, sudah 65 tahun bangsa ini menikmati alam kemerdekaannya. Usia tersebut memang belum bisa dihitung sebagai umur dewasa bagi sebuah bangsa.Tapi, jika dibandingkan dengan banyak negara yang umur kemerdekaannya lebih muda dari kita, sungguh amat ironis apa yang kita alami sebagai bangsa hari ini. Kita jauh tertinggal dari mereka. Lantas apa arti kemerdekaan yang sudah 65 tahun kita kenyam ini. Seharusnya, dengan logika normal, kita bisa berhitung. Dengan potensi alam dan SDM yang melimpah, anugerah kemerdekaan itu harusnya telah mendorong bangsa ini menjadi bangsa maju. Dan tumbuh dengan cepat. Tapi, toh realitasnya tidak begitu. Menurut data BPS 2003, di negeri ini masih ada lebih 38,2 juta orang di bawah garis kemiskinan, di negeri ini pula terdapat hampir 13,9 juta orang pengangguran.
Lebih parah lagi ratusan ribu orang terlunta di barak pengungsian, jutaan anak bangsa kekurangan gizi. Masih banyak lagi kisah orang-orang termarjinalkan di negeri yang "katanya merdeka" ini. Itulah bangsa kita. Bangsa yang tergadaikan kemerdekaannya. Tergadai oleh bangsa asing tergadai oleh orang-orang berduit, penguasa korup,birokrat yang buta dan tuli, partai korup pemenang pemilu dan manusia picik lainnya. Karenanya, saat ini kemerdekaan belum dirasakan sebagai sebuah nilai universal yang dapat dirasakan oleh setiap orang. Pantaslah, jika kemerdekaan sebagai sebuah nikmat besar dan anugrah agung bagi bangsa ini masih belum mampu merubah kondisi sebagian besar rakyat. Kita masih menjadi bangsa miskin, terbelakang, yang mulai menjauh dari "sejarah peradaban".
Mungkin, sering timbul dalam alam pikiran kita, "apakah sesunggguhnya kita telah merdeka?"
“Jika kita telah merdeka mengapa masih ad penguasa korup didepan mata kita”??
“Apakah kita telah merdeka didalam kampus kita tercinta upn “veteran” Yogjakarta”???
Tentu,
merdeka dalam pengertian yang hakiki. Bagi bangsa Indonesia dan kita sebagai mahasiswa, merdeka dalam pengertian yang demikian ternyata suatu yang sangat langka.Semua karunia yang dberikan TUHAN, karunia berupa alam raya yang amat subur. Ternyata, kondisi suburnya tanah; melimpahnya sumber daya alam; letak geografis yang strategis; potensi SDM yang melimpah dengan beragam keahlian, suku bangsa dan bahasa, ternyata belum menjadi jaminan untuk bisa meraih kemerdekaan (kebebasan) itu. Bahkan, bisa jadi bangsa dan rakyat kebanyakkan justru merasakan tertindas dan terkukungkung oleh bangsanya sendiri.
Oleh : Komisi Pers dan Propoganda Dewan Perwakilan Mahasiswa
UPN "Veteran" Yogyakarta